Kisah sejarah awal mula dan asal usul suku Bugis Sulawesi Selatan. Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku-suku Deutero Melayu. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata āBugisā berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan āugiā merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi. Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang atau pengikut dari La Sattumpugi. Sejarah Awal Mula Dan Asal Usul Suku Bugis Bagaimana sejarah suku bugis dan kebudayaan suku bugis dan asal usul suku bugis yang terletak di sulawesi selatan, selengkapnya disimak saja berikut ini. La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayahanda dari Sawerigading. Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La Galigo yang membuat karya sastra terbesar di dunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio. Sawerigading Opunna Ware Yang dipertuan di Ware adalah kisah yang tertuang dalam karya sastra I La Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi lain di Sulawesi seperti Buton. Perkembangan Suku Bugis Dalam perkembangannya, komunitas ini berkembang dan membentuk beberapa kerajaan. Masyarakat ini kemudian mengembangkan kebudayaan, bahasa, aksara, dan pemerintahan mereka sendiri. Beberapa kerajaan Bugis klasik antara lain Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Suppa, Sawitto, Sidenreng dan Rappang. Meski tersebar dan membentuk suku Bugis, tapi proses pernikahan menyebabkan adanya pertalian darah dengan Makassar dan Mandar. Saat ini orang Bugis tersebar dalam beberapa Kabupaten yaitu Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Sidrap, Pinrang, Sinjai, Barru. Daerah peralihan antara Bugis dengan Makassar adalah Bulukumba, Sinjai, Maros, Pangkajene Kepulauan. Daerah peralihan Bugis dengan Mandar adalah Kabupaten Polmas dan Pinrang. Kerajaan Luwu adalah kerajaan yang dianggap tertua bersama kerajaan Cina yang kelak menjadi Pammana, Mario kelak menjadi bagian Soppeng dan Siang daerah di Pangkajene Kepulauan Masa Kerajaan Kerajaan Bone Di daerah Bone terjadi kekacauan selama tujuh generasi, yang kemudian muncul seorang To Manurung yang dikenal Manurungnge ri Matajang. Tujuh raja-raja kecil melantik Manurungnge ri Matajang sebagai raja mereka dengan nama Arumpone dan mereka menjadi dewan legislatif yang dikenal dengan istilah ade pitue. Kerajaan Makassar Di abad ke-12, 13, dan 14 berdiri kerajaan Gowa, Soppeng, Bone, dan Wajo, yang diawali dengan krisis sosial, dimana orang saling memangsa laksana ikan. Kerajaan Makassar kemudian terpecah menjadi Gowa dan Tallo. Tapi dalam perkembangannya kerajaan kembar ini kembali menyatu menjadi kerajaan Makassar. Kerajaan Soppeng Di saat terjadi kekacauan, di Soppeng muncul dua orang To Manurung. Pertama, seorang wanita yang dikenal dengan nama Manurungnge ri Goarie yang kemudian memerintah Soppeng ri Aja. dan kedua, seorang laki-laki yang bernama La Temmamala Manurungnge ri Sekkanyili yang memerintah di Soppeng ri Lau. Akhirnya dua kerajaan kembar ini menjadi Kerajaaan Soppeng. Kerajaan Wajo Sementara kerajaan Wajo berasal dari komune-komune dari berbagai arah yang berkumpul di sekitar danau Lampulungeng yang dipimpin seorang yang memiliki kemampuan supranatural yang disebut puangnge ri lampulung. Sepeninggal beliau, komune tersebut berpindah ke Boli yang dipimpin oleh seseorang yang juga memiliki kemampuan supranatural. Datangnya Lapaukke seorang pangeran dari kerajaan Cina Pammana beberapa lama setelahnya, kemudian membangun kerajaan Cinnotabi. Selama lima generasi, kerajaan ini bubar dan terbentuk Kerajaan Wajo. Konflik antar Kerajaan Pada abad ke-15 ketika kerajaan Gowa dan Bone mulai menguat, dan Soppeng serta Wajo mulai muncul, maka terjadi konflik perbatasan dalam menguasai dominasi politik dan ekonomi antar kerajaan. Kerajaan Bone memperluas wilayahnya sehingga bertemu dengan wilayah Gowa di Bulukumba. Sementara, di utara, Bone bertemu Luwu di Sungai Walennae. Sedang Wajo, perlahan juga melakukan perluasan wilayah. Sementara Soppeng memperluas ke arah barat sampai di Barru. Perang antara Luwu dan Bone dimenangkan oleh Bone dan merampas payung kerajaan Luwu kemudian mempersaudarakan kerajaan mereka. Sungai Walennae adalah jalur ekonomi dari Danau Tempe dan Danau Sidenreng menuju Teluk Bone. Untuk mempertahankan posisinya, Luwu membangun aliansi dengan Wajo, dengan menyerang beberapa daerah Bone dan Sidenreng. Berikutnya wilayah Luwu semakin tergeser ke utara dan dikuasai Wajo melalui penaklukan ataupun penggabungan. Wajo kemudian bergesek dengan Bone. Invasi Gowa kemudian merebut beberapa daerah Bone serta menaklukkan Wajo dan Soppeng. Untuk menghadapi hegemoni Gowa, Kerajaan Bone, Wajo dan Soppeng membuat aliansi yang disebut ātellumpoccoeā. Penyebaran Islam Pada awal abad ke-17, datang penyiar agama Islam dari Minangkabau atas perintah Sultan Iskandar Muda dari Aceh. Mereka adalah Abdul Makmur Datuk ri Bandang yang mengislamkan Gowa dan Tallo, Suleiman Datuk Patimang menyebarkan Islam di Luwu, dan Nurdin Ariyani Datuk ri Tiro yang menyiarkan Islam di Bulukumba. Kolonialisme Belanda Pertengahan abad ke-17, terjadi persaingan yang tajam antara Gowa dengan VOC hingga terjadi beberapa kali pertempuran. Sementara Arumpone ditahan di Gowa dan mengakibatkan terjadinya perlawanan yang dipimpin La Tenri Tatta Daeng Serang Arung Palakka. Arung Palakka didukung oleh Turatea, kerajaaan kecil Makassar yang tidak sudi berada dibawah Gowa. Sementara Sultan Hasanuddin didukung oleh menantunya La Tenri Lai Tosengngeng Arung Matowa Wajo, Maradia Mandar, dan Datu Luwu. Perang yang dahsyat mengakibatkan benteng Somba Opu luluh lantak. Kekalahan ini mengakibatkan ditandatanganinya Perjanjian Bongaya yang merugikan kerajaan Gowa. Pernikahan Lapatau dengan putri Datu Luwu, Datu Soppeng, dan Somba Gowa adalah sebuah proses rekonsiliasi atas konflik di jazirah Sulawesi Selatan. Setelah itu tidak adalagi perang yang besar sampai kemudian di tahun 1905-6 setelah perlawanan Sultan Husain Karaeng Lembang Parang dan La Pawawoi Karaeng Segeri Arumpone dipadamkan, maka masyarakat Bugis-Makassar baru bisa betul-betul ditaklukkan Belanda. Kosongnya kepemimpinan lokal mengakibatkan Belanda menerbitkan Korte Veklaring, yaitu perjanjian pendek tentang pengangkatan raja sebagai pemulihan kondisi kerajaan yang sempat lowong setelah penaklukan. Kerajaan tidak lagi berdaulat, tapi hanya sekedar perpanjangan tangan kekuasaaan pemerintah kolonial Hindia Belanda, sampai kemudian muncul Jepang menggeser Belanda hingga berdirinya NKRI. Masa Kemerdekaan Para raja-raja di Nusantara bersepakat membubarkan kerajaan mereka dan melebur dalam wadah NKRI. Pada tahun 1950-1960an, Indonesia khususnya Sulawesi Selatan disibukkan dengan pemberontakan. Pemberontakan ini mengakibatkan banyak orang Bugis meninggalkan kampung halamannya. Pada zaman Orde Baru, budaya periferi seperti budaya di Sulawesi benar-benar dipinggirkan sehingga semakin terkikis. Sekarang generasi muda Bugis-Makassar adalah generasi yang lebih banyak mengkonsumsi budaya material sebagai akibat modernisasi, kehilangan jati diri akibat pendidikan pola Orde Baru yang meminggirkan budaya mereka. Seiring dengan arus reformasi, munculah wacana pemekaran. Daerah Mandar membentuk propinsi baru yaitu Sulawesi Barat. Kabupaten Luwu terpecah tiga daerah tingkat dua. Sementara banyak kecamatan dan desa/kelurahan juga dimekarkan. Namun sayangnya tanah tidak bertambah luas, malah semakin sempit akibat bertambahnya populasi dan transmigrasi. Mata Pencaharian Karena masyarakat Bugis tersebar di dataran rendah yang subur dan pesisir, maka kebanyakan dari masyarakat Bugis hidup sebagai petani dan nelayan. Mata pencaharian lain yang diminati orang Bugis adalah pedagang. Selain itu masyarakat Bugis juga mengisi birokrasi pemerintahan dan menekuni bidang pendidikan. Bugis Perantauan Kepiawaian suku Bugis-Makasar dalam mengarungi samudra cukup dikenal luas, dan wilayah perantauan mereka pun hingga Malaysia, Filipina, Brunei, Thailand, Australia, Madagaskar dan Afrika Selatan. Bahkan, di pinggiran kota Cape Town, Afrika Selatan terdapat sebuah suburb yang bernama Maccassar, sebagai tanda penduduk setempat mengingat tanah asal nenek moyang mereka. Penyebab Merantau Konflik antara kerajaan Bugis dan Makassar serta konflik sesama kerajaan Bugis pada abad ke-16, 17, 18 dan 19, menyebabkan tidak tenangnya daerah Sulawesi Selatan. Hal ini menyebabkan banyaknya orang Bugis bermigrasi terutama di daerah pesisir. Selain itu budaya merantau juga didorong oleh keinginan akan kemerdekaan. Kebahagiaan dalam tradisi Bugis hanya dapat diraih melalui kemerdekaan. Bugis di Kalimantan Selatan Pada abad ke-17 datanglah seorang pemimpin suku Bugis menghadap raja Banjar yang berkedudukan di Kayu Tangi Martapura untuk diijinkan mendirikan pemukiman di Pagatan, Tanah Bumbu. Raja Banjar memberikan gelar Kapitan Laut Pulo kepadanya yang kemudian menjadi raja Pagatan. Kini sebagian besar suku Bugis tinggal di daerah pesisir timur Kalimantan Selatan yaitu Tanah Bumbu dan Kota Baru. Bugis di Sumatera dan Semenanjung Malaysia Setelah dikuasainya kerajaan Gowa oleh VOC pada pertengahan abad ke-17, banyak perantau Melayu dan Minangkabau yang menduduki jabatan di kerajaan Gowa bersama orang Bugis lainnya, ikut serta meninggalkan Sulawesi menuju kerajaan-kerajaan di tanah Melayu. Disini mereka turut terlibat dalam perebutan politik kerajaan-kerajaan Melayu. Hingga saat ini banyak raja-raja di Johor yang merupakan keturunan Bugis. Demikianlah tentang kisah awal mula suku bugis sulawesi selatan atau tentang asal usul suku bugis di sulawesi selatan semoga bermanfaat untuk menambah wawasan tentag sejarah dan budaya di Indonesia. Pustaka
Batu menangis yang biasa juga disebut dongeng batu beranak adalah cerita rakyat Indonesia yang berasal dari Sulawesi selatan tepatnya di kabupaten mengenai cerita rakyat sulawesi selatan, beberapa waktu lalu cerita rakyat bugis Wajo, cerita Putri Tandampalik dan cerita rakyat bugis singkat lain telah dipublikasikan blog kesempatan ini cerita rakyat bugis Bone singkat melengkapi dongeng rakyat atau cerita rakyat bugis makassar menceritakan seorang gadis yang pemalas dengan judul cerita rakyat batu menangisCerita rakyat batu menangis atau dongeng batu beranak merupakan cerita rakyat bone dalam bahasa bugis diterjemahkanan kedalam bahasa Indonesia, mengenai asal mula suatu kampung di BoneSelengkapnya tentang cerita rakyat bugis bone atau cerita batu menangis singkat disimak saja kisah batu menangis cerita rakyat bugis pendek berikut iniCerita Rakyat Dari Bugis Bone Batu Menangis Atau dongeng Batu BeranakDikisahkan dalam cerita rakyat Bugis Bone Batu Menangis Atau dongeng rakyat Batu Beranak, Pada zaman dahulu kala disuatu waktu di tanah Bone, hiduplah dua orang, anak dan memiliki sifat dan perilaku yang sangat baik sedangkan anaknya malas disuruh-suruh dan ibunya adalah mencari kayu bakar di hutan kemudian menjualnya di pasar, sedangkan anaknya menenun sarung bugis untuk di jual kepada para rumahnya yang sederhana, mereka memilihara seekor anjing. Di namailah anjing itu dengan nama La Balo. Anjing ini sangat pintar dan patuh dengan perintah suatu hari yang sangat panas, Sang anak menenun kain di rumahnya seorang diri, ia menekuni pekerjaannya karena ibunya sedang ke pasar untuk menjual kayu tengah pekerjaannya menenun, sang anak merasa mengantuk, ia terantuk-antuk di tempat tidak sengaja, alat tenunnya jatuh ke kolong rumah. Karena sifat malasnya dan juga karena mengantuk, dia enggan untuk beranjak dan memungut alat anak bingung entah minta tolong kepada siapa, minta tolong ibunya, ibunya sedang pergi ke itu dia teringat bahwa ia memiliki anjing di panggilnya anjing itu dengan berkata "O Balo, tolong kau ambilkan alat tenunku!".Di luar prasangka sang anak, Anjing tersebut menyahut lalu berkata, "Iyye puang, tunggulah sebentar"Anak tersebut kaget mendengar anjing peliharannya dapat berbicara layaknya yang bersamaa Sang Anak Bertambah kaget ketika merasakan kakinya kaku dan tak bisa lama kemudian kaki Sang Anak tersebut perlahan mengeras seperti batu, karena ketakutan anak tersebut menangia lalu memanggil-manggil kelamaan tidak hanya kakinya yang mengeras, tetapi seluruh tubuhnya, terkecuali saat yang bersamaan datanglah ibunya karena mendengar tangis pedih kaget menemukannya badan anaknya yang telah menjadi patung dan tak dapat sang anak berkata"Maafkan aku ibu, terlalu durhaka aku padamu"Kemudian ia kembali menangis sampai kepalanya pun menjadi batu tetapi air mata tetap jatuh dari kejadian itu Ibunya lalu berkatalah"Apa yang menyebabkanmu menjadi seperti ini nak"Sambil bertanya Ibunya menangis melihat anaknya dan tak di sangka-sangka ibunya pun berubah menjadi batu karena ia menegur perubahan yang terjadi pada lama kabar ini tersiar hingga masyarakat datang, dan disaat ada yang menegur yang menegur juga menjadi batuBegitulah seterusnya sehingga satu kampung penduduk berubah menjadi batu, karena saling menegur satu sama lain.***Demikianlah asal mula nama kampung batu menangis yang masyarakat setempat menyebutnya juga sebagai Batu moral cerita batu menangisPesan dari cerita batu menangis adalah jadi anak tidak boleh terlalu pemalas, bayangkan dalam cerita batu menangis singkat diatas, karena terlalu pemalasnya, tidak ada orang, ibunya juga tidak ada, anjing pun disuruhnyaPada akhirnya sang Anak mendapat akibat dari kemalasannya, menjadi batuDari cerita batu menangis berasal dari Bone diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa selagi masih bisa, mengapa harus bermalas-malasan dan sebagai seorang anak patutlah membantu meringankan beban juga Cerita rakyat dari kalimantan barat tentang anak pemalas juga berkisah seperti cerita batu menangis berasal dari Bone tetapi cerita batu menangis kalimantan barat ini berjudul anak durhaka yang dikutuk menjadi batu
CeritaRakyat Singkat Timun Mas. Cerita Timun Mas dalam Bahasa Inggris. Long time ago, there was a couple who had no children. They asked Buto Ijo to give them a child. Their request was granted. From one of the golden cucumbers planted in the garden, a very beautiful girl was born and was named Timun Mas.
Sejarah Suku Bugis, Rumah Adat, Bahasa, Kebudayaan, Kesenian dan Keadaan Geografis adalah salah satu suku yang ada dipulau Sulawesi. Suku bugis sekarang tidak hanya dipulau sulawesi tetapi sudah tersebar di seluruh Indonesia. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Sejarah Suku Bali Orang bugis memiliki berbagai ciri yang sangat menarik. Mereka adalah contoh yang jarang terdapat di wilayah nusantara. Mereka mampu mendirikan kerajaan-kerajaan yang sama sekali tidak mengandung pengaruh India. Dan tanpa mendirikan kota sebagai pusat aktivitas mereka. Orang bugis juga memiliki kesastraan baik itu lisan maupun tulisan. Berbagai sastra tulis berkembang seiring dengan tradisi sastra lisan, hingga kini masih tetap dibaca dan disalin ulang. Perpaduan antara tradisi sastra lisan dan tulis itu kemudian menghasilkan salah satu Epos Sastra Terbesar didunia Yakni La Galigo yang naskahnya lebih panjang dari Epos Mahabharata. Selanjutnya sejak abad ke 17 Masehi, Setelah menganut agama islam Orang bugis bersama orang aceh dan minang kabau dari Sumatra, Orang melayu di Sumatra, Dayak di Kalimantan, Orang Sunda dijawa Barat, Madura di jawa timur dicap sebagai Orang nusantara yang paling kuat identitas Keislamannya. Bagi orang bugis menjadikan islam sebagai Integral dan esensial dari adat istiadat budaya mereka. Meskipun demikian pada saat yang sama berbagai kepercayaan peninggalan pra-islam tetap mereka pertahankan sampai abad ke 20 salah satu peninggalan dari jaman pra islam itu yang mungkin paling menarik adalah Tradisi Para Bissu Pendeta Waria. Bagi suku-suku lain disekitarnya orang bugis dikenal sebagai orang yang berkarakter keras dan sangat menjunjung tinggi kehormatan. Bila perlu demi kehormatan mereka orang bugis bersedia melakukan tindak kekerasan walaupun nyawa taruhannya. Namun demikian dibalik sifat keras tersebut orang bugis juga dikenal sebagai orang yang ramah dan sangat menghargai orang lain serta sangat tinggi rasa kesetiakawanannya. Orang eropa yang pertama kali menginjakkan kaki di tanah bugis adalah orang Potugis. Para pedagang eropa itu mula-mula mendarat dipesisir barat sulawesi selatan pada tahun 1530. akan tetapi pedangan portugis yang berpangkalan dimalaka baru menjalin hubungan kerjasama dalam bidang perdagangan secara teratur pada tahun 1559 Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Sejarah Kerajaan Kutai Asal Usul Orang Bugis Asal usul orang bugis hingga kini masih tidak jelas dan tidak pasti berbeda dengan wilayah Indonesia. Bagian barat Sulawesi selatan tidak memiliki monument hindu atau budha atau prasasti baik itu dari batu maupun dari logam, yang memungkinkan dibuatnya suatu kerangka acuan yang cukup memadai untuk menelusuri sejarah orang bugis Sejak abad sebelum masehi hingga kemasa ketika sumber-sumber tertulis barat cukup banyak tersedia. Sumber tertulis setempat yang dapat diandalkan hanya berisi informasi abad ke 15 dan sesudahnya, Kronik Bugis Hampir semua kerajaan bugis dan seluruh daerah bawahannya hingga ketika paling bawah memiliki kronik sendiri. Mulai dari kerajaan paling besar dan berkuasa sampai dengan kerajaan paling terkecil akan tetap hanya sedikit dari kronik yang memandang seluruh wilayah di sekitarnya sebagai suatu kesatuan. Naskah itu yang dibuat baik orang makassar maupun orang bugis yang disebut lontara oleh orang bugis berisi catatan rincian mengenai silsilah keluarga bangsawan, wilayah kerajaan, catatan harian, serta berbagai macam informasi lain seperti daftar kerajaan-kerajaan atau daerah-daerah bawahan, naskah perjanjian dan jalinan kerjasama antar kerjaan dan semuanya disimpan dalam istana atau rumah para bangsawan Suku Bugis tergolong ke dalam suku-suku Melayu Deutero. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata āBugisā berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan āugiā merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi. Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang atau pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayah dari Sawerigading. Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La Galigo yang membuat karya sastra terbesar di dunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio. Sawerigading Opunna Ware Yang dipertuan di Ware adalah kisah yang tertuang dalam karya sastra I La Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi lain di Sulawesi seperti Buton. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Sejarah Kerajaan Makassar Keadaan Geografis dan Demografis Orang Bugis zaman dulu menganggap nenek moyang mereka adalahpribumi yang telah didatangi titisan langsung dari dunia atas yang turun manurung atau dari dunia bawah yang naik tompo untuk membawanorma dan aturan sosial ke bumi Pelras, The Bugis, 2006.Umumnya orang-orang Bugis sangat meyakini akan hal to manurung,tidak terjadi banyak perbedaan pendapat tentang sejarah ini. Sehingga setiap orang yang merupakan etnis Bugis, tentu mengetahui asal-usul keberadaankomunitasnya. Kata Bugis berasal dari kata to ugi, yang berarti orang āugiā merujuk pada raja pertama kerajaan Cina bukan negara Cina, tapi yang terdapat di jazirah Sulawesi Selatan tepatnya KecamatanPammana Kabupaten Wajo saat ini yaitu La Sattumpugi. Ketika rakyat LaSattumpugi menamakan dirinya, mereka merujuk pada raja mereka. Merekamenjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang/pengikut dari La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan BataraLattu ayahanda dari Sawerigading. Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkanbeberapa anak, termasuk La Galigo yang membuat karya sastra Opunna Ware Yang Dipertuan Di Ware adalah kisah yangtertuang dalam karya sastra La Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis. KisahSawerigading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk Banggai, Kaili,Gorontalo, dan beberapa tradisi lain di Sulawesi seperti Selatan adalah sebuah provinsi di Indonesia, yang terletak dibagian selatan Sulawesi. Ibu kotanya adalah Makassar, dahulu disebut āUjungpandangā. Sampai dengan Juni 2006, jumlah penduduk di Sulawesi Selatanterdaftar sebanyak jiwa, dengan pembagian laki-laki dan orang perempuan dan memiliki relief berupa jazirah-jazirah yangpanjang serta pipih yang ditandai fakta bahwa tidak ada titik daratan yang jauhnyamelebihi 90 km dari batas pantai. Kondisi yang demikian menjadikan pulauSulawesi memiliki garis pantai yang panjang dan sebagian daratannya bergunung-gunung. Provinsi Sulawesi Selatan terletak di 0°12ā² ā 8° Lintang Selatan dan116°48ā² ā 122°36ā² Bujur Timur. Luas wilayahnya km². Provinsi iniberbatasan dengan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat di utara, Teluk Bone danSulawesi Tenggara di timur, Selat Makassar di barat, dan Laut Flores di ini meghamparkan alam yang mempesona dipandang baik daridaerah pesisir maupun daerah ketinggian. Sekitar tahun silam, pulauSulawesi telah dihuni oleh manusia. Peninggalan peradaban di masa tersebutditemukan di gua-gua bukit kapur daerah Maros kurang lebih 30 km dariMakassar, ibukota Propinsi Sulawesi Selatan. Peninggalan prasejarah lainnyayang berupa alat batu peeble dan flake serta fosil babi dan gajah yang telah punah,dikumpulkan dari teras sungai di Lembah Wallanae, diantara Soppeng danSengkang, Sulawesi masa keemasan perdagangan rempah-rempah di abad ke 15 sampaidengan abad ke 19, Kerajaan Bone dan Makassar yang perkasa berperan sebagaipintu gerbang ke pusat penghasil rempah, Kepulauan Maluku. Sejarah itu telahmemantapkan opini bahwa Sulawesi Selatan memiliki peran yang sangat strategisbagi perkembangan Kawasan Timur Sulawesi Selatan terdiri atas empat suku utama yaitu Toraja,Bugis, Makassar, dan Mandar. Suku Toraja terkenal memiliki keunikan tradisiyang tampak pada upacara kematian, rumah tradisional yang beratap melengkungdan ukiran cantik dengan warna natural. Sedangkan suku Bugis, Makassar danMandar terkenal sebagai pelaut yang patriotik. Dengan perahu layartradisionalnya, Pinisi, mereka menjelajah sampai ke utara Australia, beberapapulau di Samudra Pasifik, bahkan sampai ke pantai Afrika. Hasil penelitian sejarahwan Australia Utara bernama Peter G. Spillet M,mengungkapkan salah satu fakta yang tidak terbantahkan bahwa orang Sulawesi 7Selatanlah yang pertama mendarat di Australia dan bukannya Abel TasmanBelanda atau James Cook Inggris tahun 1642. Upaya pelurusan fakta sejarahtersebut dilakukan Peter yang kemudian dijuluki Daeng Makulle dengan sangathati-hati melalui jejak, buku-buku sejarah berupa hubungan orang Makassardengan orang Aborigin Merege. Orang Makassar tiba di sana denganmenggunakan transportasi perahu. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Suku Minangkabau ā Sejarah, Kebudayaan, Adat Istiadat, Kekerabatan, Bahasa, Makanan, Pakaian, Rumah Adat Teknologi dan Peralatan Hidup Dengan terciptanya peralatan untuk hidup yang berbeda, maka secaraperlahan tapi pasti, tatanan kehidupan perorangan, dilanjutkan berkelompok,kemudian membentuk sebuah masyarakat, akan penataannya bertumpu pada sifat-sifat peralatan untuk hidup tersebut. Peralatan hidup ini dapat pula disebut sebagaihasil manusia dalam mencipta. Dengan bahasa umum, hasil ciptaan yang berupaperalatan fisik disebut teknologi dan proses penciptaannya dikatakan ilmupengetahuan dibidang teknik. Sejak dahulu, suku Bugis di Sulawesi Selatan terkenal sebagai pelautyang ulung. Mereka sangat piawai dalam mengarungi lautan dan samudera luashingga ke berbagai kawasan di Nusantara dengan menggunakan perahu Pinisi. Perahu Pinisi Perahu Pinisi termasuk alat transportasi laut tradisional masyarakat Bugisyang sudah terkenal sejak berabad-abad yang lalu. Menurut cerita di dalamnaskah Lontarak I Babad La Lagaligo, Perahu Pinisi sudah ada sekitar abad ke-14M. Menurut naskah tersebut, Perahu Pinisi pertama kali dibuat olehSawerigading, Putra Mahkota Kerajaan Luwu. Bahan untuk membuat perahu tersebut diambil dari pohon welengreng pohon dewata yang terkenal sangatkokoh dan tidak mudah rapuh. Namun, sebelum pohon itu ditebang, terlebihdahulu dilaksanakan upacara khusus agar penunggunya bersedia pindah ke pohon lainnya. Sawerigading membuat perahu tersebut untuk berlayar menuju negeriTiongkok hendak meminang Putri Tiongkok yang bernama We Cudai. Singkat cerita, Sawerigading berhasil memperistri Puteri We beberapa lama tinggal di Tiongkok, Sawerigading rindu kepada kampunghalamannya. Dengan menggunakan perahunya yang dulu, ia berlayar ke ketika perahunya akan memasuki pantai Luwu, tiba-tiba gelombangbesar menghantam perahunya hingga pecah. Pecahan-pecahan perahunyaterdampar ke 3 tiga tempat di wilayah Kabupaten Bulukumba, yaitu diKelurahan Ara, Tana Beru, dan Lemo-lemo. Oleh masyarakat dari ketigakelurahan tersebut, bagian-bagian perahu itu kemudian dirakit kembali menjadisebuah perahu yang megah dan dinamakan Perahu saat ini, Kabupaten Bulukumba masih dikenal sebagai produsenPerahu Pinisi, dimana para pengrajinnya tetap mempertahankan tradisi dalampembuatan perahu tersebut, terutama di Keluharan Tana Beru. Sepeda Dan Bendi Sepeda ataupun Dokar, koleksi Perangkat pertanian Tadisional ini adalahbukti sejarah peradaban bahwa sejak jaman dahulu bangsa indonesia khususnyamasyarakat Sulawesi Selatan telah dikenali sebagai masyarakat yang bercocok tanam. Mereka menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian terutamatanaman padi sebagai bahan makanan pokok. Koleksi peralatan menempa besi dan hasilnya Jika anda ingin mengenali lebih jauh tentang sisi lain dari kehidupan masalampau masyarakat Sulawesi Selatan, maka anda dapat mengkajinya melaluikoleksi trdisional menempa besi, Hasil tempaan berupa berbagai jenis senjatatajam, baik untuk penggunan sehari ā hari maupun untuk perlengkapan upacaraadat. Koleksi Peralatan Tenun Tradisional Dari koleksi Peralatan Tenun Tradisional ini, dapat diketahui bahwabudaya menenun di Sulawesi Selatan diperkirakan berawal dari jaman prasejarah,yakni ditemukan berbagai jenis benda peninggalan kebudayaan dibeberapa daerahseperti leang ā leang kabupaten maros yang diperkirakan sebagai pendukungpembuat pakaian dari kulit kayu dan serat ā serat tumbuhan-tumbuhan. Ketikapengetahuan manusia pada zaman itu mulai Berkembang mereka menemukan carayang lebih baik yakni alat pemintal tenun dangan bahan baku benang kapas. Darisinilah mulai tercipta berbagai jenis corak kain saung dan pakaian tradisional. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Suku Sunda ā Sejarah, Kebudayaan, Pakaian, Rumah, Tari, Kepercayaan, Kekerabatan, Bahasa, Makanan Rumah Adat Suku Bugis Rumah bugis memiliki keunikan tersendiri, dibandingkan dengan rumahpanggung dari suku yang lain Sumatera dan Kalimantan . Bentuknya biasanyamemanjang ke belakang, dengan tanbahan disamping bangunan utama dan bagiandepan, orang bugis menyebutnya lego . Berikut adalah bagian-bagian utamanya Tiang utama alliri . Biasanya terdiri dari 4 batang setiap barisnya. jumlahnya tergantung jumlah ruangan yang akan dibuat. tetapi padaumumnya, terdiri dari 3 / 4 baris alliri. Jadi totalnya ada 12 batang alliri. Fadongkoā, yaitu bagian yang bertugas sebagai penyambung dari alliri di setiap Fattoppo, yaitu bagian yang bertugas sebagai pengait paling atas dari alliripaling tengah tiap orang bugis suka dengan arsitektur rumah yang memiliki kolong Konon, orang bugis, jauh sebelum islam masuk ke tanah bugis tana ugiā , orang bugis memiliki kepercayaan bahwa alam semesta ini terdiri atas 3 bagian,bagian atas botting langi , bagian tengah alang tengnga dan bagian bawah paratiwi . Mungkin itulah yang mengilhami orang bugis terutama yang tinggaldi kampung lebih suka dengan arsitektur rumah yang tinggi Bagian bagian dari rumah bugis ini sebagai berikut Rakkeang, adalah bagian diatas langit langit eternit . Dahulu biasanyadigunakan untuk menyimpan padi yang baru di panen. Ale Bola, adalah bagian tengah rumah. dimana kita tinggal. Pada ale bola ini, ada titik sentral yang bernama pusat rumah posiā bola . Awa bola, adalah bagian di bawah rumah, antara lantai rumah lebih menarik sebenarnya dari rumah bugis ini adalah bahwa rumah inidapat berdiri bahkan tanpa perlu satu paku pun. Semuanya murni menggunakankayu. Dan uniknya lagi adalah rumah ini dapat di angkat / dipindah. Dalam budaya suku bugis terdapat tiga hal yang bisa memberikan gambaran tentang budaya orang bugis, yaitu konsep ade, siri na pesse dan simbolisme orang bugis adalah sarung sutra. 1. Konsep ade Ade yang dalam bahasa Indonesia adalah adat istiadat. Bagi masyarakat bugis, ada empat jenis adat yaitu Ade maraja, yang dipakai dikalangan Raja atau para pemimpin. Ade puraonro, yaitu adat yang sudah dipakai sejak lama di masyarakat secara turun temurun, Ade assamaturukeng, peraturan yang ditentukan melalui kesepakatan. Ade abiasang, adat yang dipakai dari dulu sampai sekarang dan sudah diterapkan dalam masyarakat. Menurut Lontara Bugis, terdapat lima prinsip dasar dari ade yaitu ade, bicara, rapang, wari, dan sara. Konsep ini lebih dikenal sebagai pangngadereng. Ade merupakan manifestasi sikap yang fleksibel terhadap berbagai jenis peraturan dalam masyarakat. Rapang lebih merujuk pada model tingkah laku yang baik yang hendaknya diikuti oleh masyarakat. Sedangkan wari adalah aturan mengenai keturunan dan hirarki masyarakat sara yaitu aturan hukum Islam. Siri memberikan prinsip yang tegas bagi tingkah laku orang bugis. Menurut Pepatah orang bugis, hanya orang yang punya siri yang dianggap sebagai manusia. Naia tau deāe sirina, de lainna olokoloāe. Siriā e mitu tariaseng tau. Artinya Barang siapa yang tidak punya siri, maka dia bukanlah siapa-siapa, melainkan hanya seekor binatang. Namun saat ini adat istiadat tersebut sudah tidak dilakukan lagi dikarenakan pengaruh budaya Islam yang masuk sejak tahun 1600-an 2. Konsep siriā Makna āsiriā dalam masyarakat bugis sangat begitu berarti sehingga ada sebuah pepatah bugis yang mengatakan āSIRI PARANRENG, NYAWA PA LAOā, yang artinya āApabila harga diri telah terkoyak, maka nyawa lah bayarannyaā.Begitu tinggi makna dari siri ini hingga dalam masyarakat bugis, kehilangan harga diri seseorang hanya dapat dikembalikan dengan bayaran nyawa oleh si pihak lawan bahkan yang bersangkutan sekalipun. Siriā Na Pacce secara lafdzhiyah Siriā berarti Rasa Malu harga diri, sedangkan Pacce atau dalam bahasa Bugis disebu Pesse yang berarti Pedih/Pedas Keras, Kokoh pendirian. Jadi Pacce berarti semacam kecerdasan emosional untuk turut merasakan kepedihan atau kesusahan individu lain dalam komunitas solidaritas dan empati. Kata Siriā, dalam bahasa Makassar atau Bugis, bermakna āmaluā. Sedangkan Pacce Bugis Pesse dapat berarti ātidak tegaā atau ākasihanā atau āibaā. Struktur Siriā dalam Budaya Bugis atau Makassar mempunyai empat kategori, yaitu Siriā Ripakasiriā, Adalah Siriā yang berhubungan dengan harga diri pribadi, serta harga diri atau harkat dan martabat keluarga. Siriā jenis ini adalah sesuatu yang tabu dan pantang untuk dilanggar karena taruhannya adalah nyawa. Siriā Mappakasiriāsiriā, Siriā jenis ini berhubungan dengan etos kerja. Dalam falsafah Bugis disebutkan, āNarekko degaga siriāmu, inrengko siriā.ā Artinya, kalau Anda tidak punya malu maka pinjamlah kepada orang yang masih memiliki rasa malu Siriā. Begitu pula sebaliknya, āNarekko engka siriāmu, ajaā mumapakasiriā-siri.ā Artinya, kalau Anda punya malu maka jangan membuat malu malu-maluin. Siriā Tappelaā Siri Bugis Teddeng Siriā, Artinya rasa malu seseorang itu hilang āterusikā karena sesuatu hal. Misalnya, ketika seseorang memiliki utang dan telah berjanji untuk membayarnya maka si pihak yang berutang berusaha sekuat tenaga untuk menepati janjinya atau membayar utangnya sebagaimana waktu yang telah ditentukan disepakati. Ketika sampai waktu yang telah ditentukan, jika si berutang ternyata tidak menepati janjinya, itu artinya dia telah mempermalukan dirinya sendiri. Siriā Mate Siriā, Siriā yang satu berhubungan dengan iman. Dalam pandangan orang Bugis/Makassar, orang yangmate siriā-nya adalah orang yang di dalam dirinya sudah tidak ada rasa malu iman sedikit pun. Orang seperti ini diapakan juga tidak akan pernah merasa malu, atau yang biasa disebut sebagai bangkai hidup yang hidup. Guna melengkapi keempat struktur Siriā tersebut maka Pacce atau Pesse menduduki satu tempat, sehingga membentuk suatu budaya karakter yang dikenal dengan sebutan Siriā Na Pacce. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan āSuku Dompuā Sejarah & Lingkungan Alam ā Bahasa ā Mata Pencaharian ā Agama ā Kepercayaan Sistem Mata Pencaharian Wilayah Suku Bugis terletak di dataran rendah dan pesisir pulau Sulawesibagian selatan. Di dataran ini, mempunyai tanah yang cukup subur, sehinggabanyak masyarakat Bugis yang hidup sebagai petani. Selain sebagai petani, SukuBugis juga di kenal sebagai masyarakat nelayan dan pedagang. Meskipun merekamempunyai tanah yang subur dan cocok untuk bercocok tanam, namun sebagianbesar masyarakat mereka adalah pelaut. Suku Bugis mencari kehidupan dan mempertahankan hidup dari sedikit masyarakat Bugis yang merantau sampai ke seluruh negeri denganmenggunakan Perahu Pinisi-nya. Bahkan, kepiawaian suku Bugis dalam mengarungi samudra cukup dikenal luas hingga luar negeri, di antara wilayahperantauan mereka, seperti Malaysia, Filipina, Brunei, Thailand, Australia, Madagaskardan Afrika Selatan. Suku Bugis memang terkenal sebagai suku yanghidup merantau. Beberapa dari mereka, lebih suka berkeliaran untuk berdagangdan mencoba melangsungkan hidup di tanah orang lain. Hal ini juga disebabkanoleh faktor sejarah orang Bugis itu sendiri di masa lalu. Kebudayaan Suku Bugis 1. Perkawinan ideal menurut adat Bugis Makassar adalah Assialang marola, yaitu perkawinan antara saudara sepupu sederajat kesatu, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu. Assialana memang, yaitu perkawinan antara saudara sepupu sederajat kedua, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu. Ripanddeppeā mabelae, yaitu perkawinan antara saudara sepupu sederajat ketiga, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu. Perkawinan tersebut, walaupun ideal, tidak diwajibkan sehingga banyak pemuda yang menikah dengan gadis-gadis yang bukan sepupunya. 2. Perkawinan yang dilarang atau sumbang salimaraā adalah perkawinan antara Anak dengan ibu atau ayah. Saudara sekandung. Menantu dan mertua. Paman atau bibi dengan kemenakannya. Kakek atau nenek dengan cucu. 3. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sebelum perkawinan adalah Mappuce-puce, yaitu kunjungan dari keluarga si laki-laki kepada keluarga si gadis untuk mengadakan peminangan. Massuro, yaitu kunjungan dari utusan pihak keluarga laki-laki kepada keluarga si gadis untuk membicarakan waktu pernikahan, jenis sunreng mas kawin, dan sebagainya. Maduppa, yaitu pemberitahuan kepada seluruh kaum kerabat mengenai perkawinan yang akan datang. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan āSuku Simeulueā Sejarah & Bahasa ā Kekerabatan ā Mata Pencaharian ā Agama ā Kepercayaan Bahasa Suku Bugis Bahasa Bugis adalah bahasa yang digunakan etnik Bugis di SulawesiSelatan, yang tersebar di kabupaten sebahagian Kabupaten Maros, sebahagianKabupaten Pangkep, Kabupaten Barru, Kota Pare-pare, Kabupaten Pinrang,sebahagian kabupaten Enrekang, sebahagian kabupaten Majene, KabupatenLuwu, Kabupaten Sidenrengrappang, Kabupaten Soppeng,Kabupaten Wajo,Kabupaten Bone, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bulukumba, dan KabupatenBantaeng. Masyarakat Bugis memiliki penulisan tradisional memakai aksaraLontara. Pada dasarnya, suku kaum ini kebanyakannya beragama Islam Dari segiaspek Bugis mempunyai bahasa tersendiri dikenali sebagai Bahasa BugisJuga dikenali sebagai Ugi. Konsonan di dalam Ugi pula di kenali sebagaiLontara yang berdasarkan tulisan Brahmi. Orang Bugis mengucapkan bahasa Ugi dan telah memiliki kesusasteraan tertulis sejak berabad-abad lamanya dalam bentuk lontar. Huruf yang dipakai adalah aksara lontara, sebuah sistem huruf yang berasal dari Sanskerta. Seperti halnya dengan wujud-wujud kebudayaan lainnya. Penciptaantulisan pun diciptakan karena adanya kebutuhan manusia untuk mengabdikanhasil-hasil pemikiran mereka. Menurut Coulmas, pada awalnya tulisan diciptakan untuk mencatatkanfirman-firman tuhan, karena itu tulisan disakralkan dan dirahasiakan. Namundalam perjalanan waktu dengan berbagai kompleksitas kehidupan yang dihadapioleh manusia, maka pemikiran manusia pun mengalami perkembangan demikianpula dengan tulisan yang dijadikan salah satu jalan keluar untuk memecahkan problem manusia secara umumnya. Seperti yang dikatakan oleh Coulmas āa kin gof social problem solving, and any writing system as the comman solution of a number of related problemā 198915 Alat Untuk Pengingat Memperluas jarak komunikasi Sarana Untuk memindahkan Pesan Untuk Masa Yang akan dating Sebagai Sistem Sosial Kontrol Sebagai Media Interaksi Sebagai Fungsi estetik Lontara Bugis-Makassar Merupakan sebuah huruf yang sakral bagimasyarakat bugis klasik. Itu dikarenakan epos la galigo di tulis menggunakanhuruf lontara. Huruf lontara tidak hanya digunakan oleh masyarakat bugis tetapihuruf lontara juga digunakan oleh masyarakat makassar dan masyarakat para penyair-penyair bugis menuangkan fikiran dan hatinya di atas daunlontara dan dihiasi dengan huruf-huruf yang begitu cantik sehingga tersusun katayang apik diatas daun lontara dan karya-karya itu bernama I La Galigo. Begitu pula yang terjadi pada kebudayaan di Indonesia. Ada beberapasuku bangsa yang memiliki huruf antara lain. Budaya Jawa, Budaya Sunda,Budaya Bali, Budaya Batak, Budaya Rejang, Budaya Melayu, Budaya Bugis DanBudaya selatan ada 3 betuk macam huruf yang pernah dipakai Huruf Lontara2. Huruf Jangang-Jangang3. Huruf Seran Sementara bila ditempatkan dalam kebudayaan bugis, Lontaraqmempunyai dua pngertian yang terkandung didalamnyaa. Lontaraq sebagai sejarah dan ilmu pengetahuanb. Lontaraq sebagai tulisanKata lontaraq berasal dari Bahasa Bugis/Makassar yang berarti daunlontar. Kenapa disebuat sebagai lontaran ?, karena pada awalnya tulisan tersebutdi tuliskan diatas daun lontar. Daun lontar ini kira-kira memiliki lebar 1 cmsedangkan panjangnya tergantung dari cerita yang dituliskan. Tiap-tiap daunlontar disambungkan dengan memakai benang lalu digulung pada jepitan kayu,yang bentuknya mirip gulungan pita kaset. Cara membacanya dari kiri lontara biasa juga disebut dengan aksara sulapaq eppaqKarakter huruf bugis ini diambil dari Aksara Pallawa Rekonstruksi aksaradunia yang dibuat oleh Kridalaksana. Silsilah Aksara Dunia Memang terdapat bebrapa varian bantuk huruf bugis di sulawesi selatan,tetapi itu tidaklah berarti bahwa esensi dasar dari huruf bugis ini hilang, dan itu biasa dalam setiap aksara didunia ini. Hanya ada perubahan dan penambahan sedikit yang sama sekali tidak menyimpang dari bentuk dasar dari aksara itu disebabkan antara lain Penyesuaian antara bahasa dan bunyian yang diwakilinya Penyesuaian antara bentuk huruf dan sarana yang digunakan. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan āSuku Laujeā Sejarah & Mata Pencaharian ā Kekerabatan ā Agama ā Kepercayaan Kesenian Suku Bugis 1. Tari Paduppa Bosara Tari Padupa Bosara merupakan sebuah tarian yang mengambarkan bahwa orang bugis kedatangan atau dapat dikatakan sebagai tari selamat datang dari Suku Bugis. Orang Bugis jika kedtangan tamu senantisa menghidangkan bosara sebagai tanda kehormatan. 2. Tari Pakarena Tari Pakarena Merupakan tarian khas Sulawesi Selatan, Nama Pakarena sendiri di ambil dari bahasa setempat, yaitu karena yang artinya main. Tarian ini pada awalnya hanya dipertunjukkan di istana kerajaan, namun dalam perkembangannya tari Pakarena lebih memasyarakat di kalangan rakyat. Tari Pakarena memberikan kesan kelembutan. Hal tersebut mencerminkan watak perempuan yang lembut, sopan, setia, patuh dan hormat pada laki-laki terutama pada suami. Sepanjang Pertunjukan Tari Pakarena selalu diiringi dengan gerakan lembut para penarinya sehingga menyulitkan bagi masyarakat awam untuk mengadakan babak pada tarian tersebut. 3. Tari Maābadong Tari Maābadong hanya diadakan pada saat upacara kematian. Penari membuat lingkaran dengan mengaitkan jari-jari kelingking, Penarinya bisa pria atau bisa wanita. Mereka biasanya berpakaian serba hitam, namun terkadang memakai pakaian bebas karena tarian ini terbuka untuk umum. Tarian yang hanya diadakan pada upacara kematian ini hanya dilakukan dengan gerakan langkah yang silih berganti sambil melangtungkan lagu kadong badong. Lagu tersebut syairnya berisikan riwayat manusia malai dari lahir hingga mati, agar arwah si Mati diterima di negeri arwah atau alam baka. Tarian Badong bisanya belansung berjam-jam, sering juga berlansung semalam suntuk. Tarian Maābadong bisanya dibawakan hanya pada upacara pemakaman yang lamanya tiga hari tiga malam khusus bagi kaum bangsawan di daerah Tana Toraja Sulawesi Selatan. 4. Tarian Paāgellu Tari Pagellu merupakan salah satu tarian dari Tana Toraja yang di pentaskan pada acara pesta tambu Tuka, Tarian ini juga dapat ditampilkan untuk menyambut patriot atau pahlawan yang kembali dari medan perang dengan membawa kegembiraan. 5. Tari Mabbissu Tari Mabissu merupakan tarian bissu yang biasanya dipertunjukkan ketika upacara adat. Para penarinya bissu orang yang kebal yang selalu mempertontokan kesaktian mereka dalam bentuk tarian komunitas bissu bisa kita jumpai didaerah pangkep sigeri sulawesi selatan. 6. Tari Kipas Tari kipas Merupakan tarian yang memrtunjukan kemahiran para gadis dalam memainkan kipas dengan gemulai alunan lagu. 7. Gandrang Bulo Gandrang Bulo merupakan sebuah pertunjukan musik dengan perpaduan tari dan tutur kata. Nama Gandrang bulo sendiri diambil dari perpaduan dua suku kata, yaitu gendang dan bulo, dan jika disatukan berarti gendang dari bambu. Ganrang Bulo merupakan pertunjukan kesenian yang mengungkapkan kritikan dan dikemas dalam bentuk lelucon atau banyolan. 8. Kecapi Kecapi Merupakan sala satu alat musik petik tradisional Sulawesi Selatan, khusunya suku Bugis. Baik itu Bugis Makassar ataupun Bugis Mandar. Menurut sejarahnya kecapi ditemukan atau diciptakan oleh seorang pelaut sehingga betuknya menyerupai perahu. Kecapi, biasanya ditampilkan sebagai musik pengiring pada acara penjemputan para tamu pada pesta perkawinan, hajatan, bahkan hiburan pada hari ulang tahun. 9. Gendang Gendang merupakan sala satu alat musik perkusi yang mempunyai dua bentuk dasar, yakni bulat panjang dan bundar mirip seperti rebana. 10. Suling Suling bambu terdiri dari tiga jenis, yaitu Suling Panjang Suling Lampe yang memiliki lima lubang nada dan jenis suling ini telah punah. Suling calabai siling ponco suling jenis ini sering dipadukan dengan biola, kecapi dan dimainkan bersama penyanyi. Suling dupa Samping musik bambu musik bambu masih sangat terpelihara biasanya digunakan pada acara karnaval atau acara penjemputan tamu. Rumah Adat Suku Bugis Setiap budaya memiliki Ciri Khas Rumah Adatnya Masing-masing. Begitu Pula Dengan Bugis, rumah adat bugis itu terdiri dari tiga Bagian. Yang Dimana Kepercayaan Tersebut terdiri atas 1. Boting Langiq Perkawinan Di langit yang Dilakukan Oleh We Tenriabeng 2. Ale Kawaq Di bumi. Keadaan-keadaan yang terjadi Dibumi 3. Buri Liu Peretiwi/Dunia Bawah Tanah/Laut yang masih mempercayai bahwa Rumah ini bisa berdiri tampa mengunakan satu paku pun orang daluhu kala mengantikan Fungsi Paku Besi menjadi Paku Kayu. Rumah adat suku Bugis Makassar dapat di bedakan berdasarkan status sosial orang yang menempatinya, Rumah Saoraja Sallasa berarti rumah besar yang di tempati oleh keturunan raja kaum bangsawan bola adalah rumah yang di tempati oleh rakyat biasa. Tipologi kedua rumah ini adalah sama-sama rumah panggung, lantainya mempunyai jarak tertentu dengan tanah, bentuk denahnya sama yaitu empat persegi panjang. Perbedaannya adalah saoraja dalam ukuran yang lebih luas begitu juga dengan tiang penyangganya, atap berbentuk prisma sebagai penutup bubungan yang biasa di sebut timpak laja yang bertingkat-tingkat antara tiga sampai lima sesuai dengan kedudukan penghuninya. Rumah adat suku bugis baik saoraja maupun bola terdiri atas tiga bagian Awa bola ialah kolong yang terletak pada bagian bawah, yakni antara lantai dengan tanah. Kolong ini biasa pada zaman dulu dipergunakan untuk menyimpan alat pertanian, alat berburu, alat untuk menangkap ikan dan hewan-hewan peliharaan yang di pergunakan dalam pertanian. Alle bola ialah badan rumah yang terdiri dari lantai dan dinding yang terletak antara lantai dan loteng. Pada bagian ini terdapat ruangan-ruangan yang dipergunakan dalam aktivitas sehari-hari seperti menerima tamu, tidur, bermusyawarah, dan berbagai aktifitas lainnya. Badan rumah tediri dari beberapa bagian rumah seperti lotang risaliweng, Pada bagian depan badan rumah di sebut yang berfungsi sebagai ruang menerima tamu, ruang tidur tamu, tempat bermusyawarah, tempat menyimpan benih, tempat membaringkan mayat sebelum dibawa ke pemakaman. Lotang ritenggah atau Ruang tengah, berfungsi sebagai tempat tidur kepala keluarga bersama isteri dan anak-anaknya yang belum dewasa, hubungan social antara sesame anggota keluarga lebih banyak berlangsung disini. Lontang rilaleng atau ruang belakang, merupakan merupakan tempat tidur anak gadis atau orang tua usia lanjut, dapur juga di tempatkan pada ruangan ini yang dinamakan dapureng atau jonghe. Rakkeang ialah loteng yang berfungsi sebagai tempat menyimpan hasil pertanian seperti padi, jagung, kacang dan hasil perkebunan lainnya. Sebagaimana halnya unsur-unsur kebudayaan lainnya maka teknologi arsitektur tradisionalpun senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan. Hal ini juga mempengaruhi arsitektur tradisional suku bangsa bugis antara lain bola ugi yang dulunya berbentuk rumah panggung sekarang banyak yang di ubah menjadi rumah yang berlantai batu. Agama Islam juga memberi pengaruh kepada letak dari bagian rumah sekarang yang lebih banyak berorientasi ke Kabah yang merupakan qiblat umat Isalam di seluruh dunia. Hal tersebut di karenakan budaya Islam telah membudaya di kalangan masyarakat bugis makassar, symbol-simbol yang dulunya di pakai sebagai pengusir mahluk halus yang biasanya diambil dari dari jenis tumbuh-tumbuhan dan binatang tertentu dig anti dengan tulisan dari ayat-ayat suci Al-Qurāan Bahasa Suku Bugis Etnik Bugis mempunyai bahasa tersendiri dikenali sebagai Bahasa Bugis Ugi Konsonan di dalam Ugi pula di kenali sebagai Lontara yang berdasarkan tulisan Brahmi. Orang Bugis mengucapkan bahasa Ugi dan telah memiliki kesusasteraan tertulis sejak berabad-abad lamanya dalam bentuk lontar. Huruf yang dipakai adalah aksara lontara, sebuah sistem huruf yang berasal dari Sanskerta. Seperti halnya dengan wujud-wujud kebudayaan lainnya. Penciptaan tulisan pun diciptakan karena adanya kebutuhan manusia untuk mengabdikan hasil-hasil pemikiran mereka. Kata lontaraq berasal dari Bahasa Bugis/Makassar yang berarti daun lontar. Karena pada awalnya tulisan tersebut di tuliskan diatas daun lontar. Tiap-tiap daun lontar disambungkan dengan memakai benang lalu digulung pada jepitan kayu, yang bentuknya mirip gulungan pita kaset. Cara membacanya dari kiri kekanan. Lontara Bugis-Makassar merupakan sebuah huruf yang sakral bagi masyarakat bugis klasik. Huruf lontara tidak hanya digunakan oleh masyarakat bugis tetapi huruf lontara juga digunakan oleh masyarakat makassar. Contoh pemakaian bahasa Bugis āMakan maāki silakan Anda makanā. āAga tapigau?ā apa yang sedang anda lakukan?. Adapun partikel-partikel yang biasa digunakan dalam bahasa bugis-Makassar seperti ji, mi, pi, mo, maā, diā, tonji, tawwa, pale. Contoh penggunaannya misalnya ātidak papa ji.ā tidak apa-apa. Pakaian Suku Bugis Baju Bodo adalah pakaian adat suku Bugis dan diperkirakan sebagai salah satu busana tertua di dunia. Perkiraan itu didukung oleh sejarah kain Muslim yang menjadi bahan dasar baju bodo. Jenis kain yang dikenal dengan sebutan kain Muslin Eropa, Maisolos Yunani Kuno, Masalia India Timur, atau Ruhm Arab pertama kali diperdagangkan di kota Dhaka, Bangladesh. Hal ini merujuk pada catatan seorang pedagang Arab bernama Sulaiman pada abad ke-19. Sementara pada tahun 1298, dalam buku yang berjudul āThe Travel of Marco Poloā, Marco Polo menggambarkan kalau kain Muslim dibuat di Mosul Irak dan diperdagangkan oleh pedagang yang disebut Musolini. Namun kain yang ditenun dari pilinan kapas yang dijalin dengan benang katun ini sudah lebih dahulu dikenal oleh masyarakat Sulawesi Selatan, yakni pada pertengahan abad ke-9, jauh sebelum masyarakat Eropa yang baru mengenalnya pada abad ke-17, dan populer di Perancis pada abad ke-18. Kain Muslim memiliki rongga-rongga dan jarak benang-benangnya yang renggang membuatnya terlihat transparan dan cocok dipakai di daerah tropis dan daerah-daerah yang beriklim panas. Sesuai dengan namanya ābodoā yang berarti pendek, baju ini memang berlengan pendek. Dahulu Baju Bodo dipakai tanpa baju dalaman sehingga memperlihatkan payudara dan lekuk-lekuk dada pemakainya, dan dipadukan dengan sehelai sarung yang menutupi bagian pinggang ke bawah badan. Namun seiring dengan masuknya pengaruh Islam di daerah ini, baju yang tadinya memperlihatkan aurat pun mengalami perubahan. Busana transparan ini kemudian dipasangkan dengan baju dalaman berwarna sama, namun lebih terang. Sedangkan busana bagian bawahnya berupa sarung sutera berwarna senada. Mungkin Dibawah Ini yang Kamu CariMelaluicerita rakyat Bugis, Sinrili'na Kappala' Tallumbatua, dia memperlihatkan Arung Palakka dan Perang Makassar yang dimaknai rakyat pedesaan Makassar dan Bugis sebagai kemenangan rakyat dan keunggulan nilai-nilai mereka yang didasarkan pada kebiasaan dan praktik (ada') yang sudah sangat tua dalam masyarakat, yaitu siri', pacce, dan Beberapa waktu yang lalu legenda cerita rakyat bugis sangiangseri dan meong palo Karellae telah di publikasikan dalam bentuk cerita rakyat dikesempatan ini Ringkasan cerita dongeng dari Sulawesi Selatan mengenai Meongmpalo Karellae yang dikisahkan dalam bentuk cerita rakyat pendekNah untuk lebih jelasnya cerita rakyat singkat dari sulawesi selatan disimak saja berikut ini yang berisi penjelasan, ringkasan cerita serta nilai moral atau pesan moral kehidupan dalam cerita rakyat yang berasal dari sulawesi selatan dibawah tentang Kisah Meong Palo Karellae Cerita Rakyat dari Sulawesi SelatanMeongmpalo adalah sebutan untuk kucing belang tiga atau berwarna tiga, dan Meongmpalo Karellae adalah kucing belang tiga berjenis kelamin jantan pada masyarakat belang tiga umumnya berjenis kelamin betina, jantan sangat jarang atau bahkan langka. Jikapun ada biasanya memiliki cacat dan tidak bertahan lama karena adanya kelainan pada kucing belang tiga berjenis kelamin jantan, akhirnya dikaitkan dengan mitos di berbagai masyarakat bugis, Meongmpalo Karellae adalah pengawal setia Sangiang Serri Dewi Padi, yang kisahnya terdapat dalam kitab Sureq pembacaan kisah Meongmpalo Karellae dilakukan pada upacara Maddoja Bine, yaitu upacara penyemaian bibit padi. Dipercaya bahwa, jika si pencerita kisah ini merasakan kegembiraan saat membacanya, maka menjadi pertanda bakal baiknya hasil panen, pun cerita Meongmpalo Karellae sudah jarang dijumpai saat ini. Kalaupun ada biasanya hanya seremonial saja, dan tidak lagi menjadi bagian budaya yang hidup di cerita Meongmpalo Karallae sebagai berikutKetika Meongmpalo Karellae tinggal di daerah Tempe dan bermukim di Wage sekarang Kabupaten Wajo kehidupannya senantiasa bahagia, senang, tenteram, tanpa pernah mengalami penderitaan hidup dan siksaan rumah yang ditempatinya sangat penyabar, berbudi luhur, dan bijaksana. Akan tetapi penguasa langit menimpakannya nasib buruk sehingga Meongmpalo dibawa ke Soppeng, kemudian ke Bulu, dan akhirnya menetap di Lamuru. Di tempat itu dia mulai merasakan penderitaan dan waktu, tuannya yaitu pemilik rumah yang ditempatinya, pulang dari pasar membawa ikan ceppek-ceppek dan diambilnya seekor yang cukup marah dan memukulnya dengan gagang parang. Meompalo karellae menjerit merasakan kepalanya serasa mau pecah dan penglihatannya sakitnya dia berlari terbirit-birit menuju ke arah Enrekang, dan sampailah di Maiwa. Di tempat itu ia pun mendapatkan perlakuan yang sama seperti di sebuah rumah, dia makan kerak nasi dan tulang ikan, sang tuan pemilik rumah melemparinya dengan sakkaleng sepotong papan yang biasa dijadikan alas untuk membersihkan ikan.Meongmpalo lari menghindar hingga naik ke atas rangkiang lumbung padi tempat bersemayamnya Sangiang Serri Dewi Padi.Mendengar keributan, Sangiang Serri terbangun dan menjadi sangat murka atas perbuatan penghuni rumah kepada Meongmpalo dan memutuskan untuk meninggalkan tempat Serri dan Meongmpalo meninggalkan tempat tersebut dan mencari tempat yang baik, namun tidak menemukan satu pun tempat yang menurutnya nyaman untuk Sangiang Serri memutuskan untuk kembali ke langit dengan diantarkan oleh halilintar dan disertai kilat. Sesampainya di benua langit, mengadulah Sangiang Serri kepada ayahandanya perihal perilaku masyarakat di pengakuan putrinya, Batara Guru menasihatinya dan memintanya untuk kembali ke dunia. Dengan berat hati, Sangiang Serri kembali ke dunia di tengah malam buta, diantarkan halilintar dan guntur, dan sampailah dia di tanah daerah Barru, Pabbicara juru bicara bersama orang Barru berkumpul bersama menyambutnya secara adat dan melakukan peghormatan yang seharusnya kepada Sangiang dan pelayanan yang baik yang dilakukan oleh Pabbicara juru bicara dan rakyat Barru, diterima dengan senang hati oleh Sangiang karena itu, Sangiang Serri menyatakan niatnya untuk tinggal di daerah Barru dengan syarat bahwa Pabbicara dan masyarakat Barru mau menerima dan mengamalkan amanah dari Batara Guru, yaituJanganlah bertengkar pada saat menjelang malam atau pagi, begitu pula pada saat tujuh malam, utamanya malam pelita pada saat menjelang malam, dan nyalakan api di dapur pada waktu periuk dan tempat air minum senantiasa terisi pada waktu pula tempat beras senantiasa berisi, dan jangan sampai mengambil nasi jangan sampai terhambur, jangan pula berbicara pada waktu melakukan perbuatan curang dan mengambil barang-barang yang bukan makan secara diam-diam di dapur, jangan pula makan makanan yang tidak akan menabur benihDuduklah tafakkur menghadap pelita seraya menantikan petunjuk dari lubuk pembicaraanmu, tingkah lakumu, keinginan, dan pula matamu dari sesuatu yang jelek atau padi sudah tua atau masakPanenlah seikat demi seikat agar tidak terhambur, dan simpanlah di lumbung, dan usahakan jangan ditempatkan bersama buah-buahan yang dapat busuk karena bisa merusak masyarakat Barru bersedia mengamalkan amanah tersebut, dan atas janji mereka maka Sangiang Serri bersama rombongan tinggal menetap di ringkasan Meongmplao Karallae di atas diperoleh dari salah satu kumpulan tulisan hasil penelitian Balai Pelestarian Nilai Budaya Makassar yaitu, Bosara Nomor 19 Tahun VIII/2001, Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Arsip Warisan Budaya TakBenda BPNB Sulsel Dikisahkandalam cerita rakyat Bugis Bone Batu Menangis Atau dongeng rakyat Batu Beranak, Pada zaman dahulu kala disuatu waktu di tanah Bone, hiduplah dua orang, anak dan ibu. Ibunya memiliki sifat dan perilaku yang sangat baik sedangkan anaknya malas disuruh-suruh dan egois.
PortalPati - Berikut akan disajikan spoiler dan link baca komik One Piece pada chapter terbaru 1056 sub Indonesia. Simak spoiler terlebih dahulu, sebelum link untuk baca pada artikel ini. Lagi-lagi para fans dikejutkan dengan update chapter sebelumnya pada komik One Piece.. Baca Juga: Bikin Iri Tetangga!Uban Hilang Seketika Secara Alami dengan Bahan 3 Lembar Daun Ini, Simak dan Buktikan
yZI8.